Rabu, 03 Februari 2010

Satu Payung dan Dua Pasang Kaki

Ganesha, 3 Februari 2010
Pukul hampir 22.00 tepat

Hujan mengguyur kampus gajah yang namanya sering dielu-elukan di masyarakat luas. angin dingin menusuk sekujur tubuh muda-mudi yang masih berkelut dengan berbagai macam peralatan. sudah hampir hari Jumat. berarti sudah harus lebih giat lagi mereka bekerja. Semangat muda-mudi terbaik bangsa yang tak akan pernah padam meski diguyur hujan badai sekalipun.

ahhhh enough of these poetic words. YAK JADI.. malam ini.. gue dan seorang temen gue sedang ada di kampus sampai hampir jam 10. rencananya padahal kita mau pulang jam setengah sembilan tadi, tapi ternyata pekerjaan banyak banget yag belom kelar. terpaksa kami bantu2 (baca: ketawa-ketiwi). jadi minggu ini kami, ITB, akan menyelenggarakan acara bernama ITB Fair. acara besar seluruh mahasiswa ITB. jadi banyak sand2 untuk nunjukkin karya, trus ada pertunjukan2, ada workshop2 bahkan ada acara musikalnya juga lho. hahahah super deh. persiapannya juga super pastinya.

pokoknya ini rebo gue sm temen gue yang namanya Punyut kan ikut bantu2, dan akhirnya kita memutuskan pulang jam 10 malam. masih banyak tugas kita cuuuy.. tapi kendala terbesar kami malam ini adalah hujan, atau mungkin lebih tepat kalo gue bilang badai. yak, hujan malam ini SUPER banget. anginnya nusuk, ujannya deres banget. dah mantep dah. tapi, semangat kami berdua nggak ciut untuk pulang. kami akhirnya memutuskan menerjang badai begitu saja. ya sodara-sodara, menerjang badai di Bandung. persiapan yang kami lakukan cukup sederhana, menaruh barang2 berharga (baca: komik) kedalam plastik agar tidak basah, mengedepankan tas, menggulung celana hingga dengkul, ya hingga dengkul sehinga betis sexy gue yang notabene mirip banget ama Queen Latifah bergelambir kemana2.

awalnya kami bingung harus gimana, untung payungnya Punyut yang sudah berjasa menyelamatkan umat manusia di dunia dari tsunami itu dibawa. jadi kita pakai payung itu berdua. setelah memutuskan untuk memayungi badan2 kecil kami di payung yang juga super kecil, kami memutuskan untuk pulang lewat pintu gerbang ITB depan, dan mencari angkot yang naik kearah Dago atas. kami menerjang hujan dengan gagah berani, diiringi dengan suara petir yang tersamarkan oleh suara2 mistis yang tak lain dan tak bukan terdengar dari bokong kami sendiri. melewati trotoar2 basah yang berubah menjadi parit2 kecil yang nggak ada ikan lelenya, dan melihat air terjun dadakan di jalan turunan parkiran gedung Seni Rupa. yang paling gue takjub adalah waktu Punyut tiba2 bilang, "aduh, jadi pengen rafting, kalo rafting disini bisa?" dengan wajah polosnya dia bertanya. dan saat gue sadar dari ke-disleksia-an gue, dia sedang menunjuk got besar di samping trotoar yang berubah menjadi area rafting yang gue yakin para tikus2 got pasti mulai menyiapkan boat2 untuk mulai berbisnis rafting.

setelah perjalanan menyusuri entah itu sungai, parit, atau trotoar yang panjang dan penuh perjuangan, gue dan Punyut sampai di pertigaan menuju jalan Dago, tebak apa yang terjadi disana. tidak, Punyut tidak menceburkan dirinya ke got untuk memulai main raftingnya, walaupun sedikit banyak dia hampir melakukan hal tersebut. jalan Dago yang biasa ramai mobil kalau sabtu minggu itu berubah menjadi mainstream yang amat sangat menyeramkan bahkan gue yang nggak tau malu dan gapunya urat ngeri aja takut menyusuri arus deras air yang datang dari dago atas. itu adalah arus terparah yang pernah gue temukan sepanjang sejarah idup gue, maksud gue dalam konteks arus banjir ya. super banget deh. airnya itu tuh ampe meluap2 liar dan ga terkendali, sendal gue ampe hampir terbawa arus yang mengalahkan kecepatan angin yang keluar dari pantat gue. mantafff..

akhirnya gue dan Punyut memutuskan untuk tidak melewati jalan dago dan kami kembali melewati parit2 yang mirip trotoar itu kembali masuk ITB untuk lewat gerbang belakang saja, dan jalan lurus menuju kos2an. berkali2 Punyut hampir kehilangan akal sehatnya dan hampir terjun ke got yang lebih mirip tempat rafting, dan berkali2 juga gue selamatkan dia dengan menyadarkan kembali bahwa kita bukan tikus, walaupun agak mirip.

perjalanan menuju kosan sangat melelahkan sehingga kami benar2 harus ada dalam keadaan 100% sadar walaupun mental kami 100% tidak waras. kami mencoba menyanyikan lagu2 wajib untuk menyadarkan bahwa benar atau tidak kami masih warga negara Indonesia, dan menyanyikan lagu2 Sherina zaman dulu untuk mengingatkan kami bahwa kami sudah tidak pantas menyanyikannya lagi. terkadang bayang2 susu hangat dan kasur empuk membuat mental kami lemah dan paha gue bergetar. ya saya capek banget jalan dari kampus ke kosan dengan keadaan hujan deras dan petir2 menyeramkan. untungnya waktu sampe di pangkalan ojek hujan agak reda, dan gue menyuruh Punyut untuk naik ojek, gue jalan karena tinggal 100 meter jarak kosan gue dari situ. dan disinilah gue sekarang didepan laptop gue tercinta diatas kasur empuk tersayang melewati berbagai rintangan dan ujian. super..

sebenernya hari ini bener2 datar. flat. kuliahnya juga super ga asik deh hari ini. hujan badai malem ini adalah klimaksnya hari ini kalo menurut gue. bukannya gue seneng menderita, bukan, gue bukan masochist. tapi gue sangat dan akan selalu suka hujan. makanya gue berani maju terus ujan2an. ya soalnya gue sangat suka hujan. efek basah itu menyegarkan. hahaha..

sebenernya masih banyak banget kegilaan yang dilakukan oleh Punyut hari ini seperti berputar2 dengan tangan terbuka seperti orang India dan berteriak "KAMPUS KITAAAAA!!!", lalu membuat sulap dengan kain2 sisa dan tidak pernah sukses, lalu rafting bersama tikus2 dan kentut yang suaranya mengalahkan gelegarnya petir yang terjadi. oh yang terakhir itu bukan Punyut, maaf ya nyut. hahaha.. and for today i can conclude that today is a great day with one of my favourite friend. sebuah kegiatan yang dilakukan bersama teman2 tercinta memang tidak pernah membosankan. setidaknya itu menurut gue loh.. hahahaha..

well, that's all folks, thanks for reading. good night! semoga besok hari yang lebih menyenangkan dari hari ini! see ya soon!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JUJURLAH!